close
Powered by Blogger.
Home » , » Apakah Dengan Tirakat Olah Kebatinan Bisa Memahami Kesejatian Alam

Apakah Dengan Tirakat Olah Kebatinan Bisa Memahami Kesejatian Alam

Seseorang yang sudah mempelajari dunia spiritual, termasuk yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Penulis juga tidak bermaksud sok tahu untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.

Untuk kita yang hidup di jaman sekarang ini, pengetahuan spiritual biasanya berasal dari pencarian pribadi. Apalagi sehari-harinya kita memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Pengetahuan spiritual tidak melulu harus dipelajari dengan mengikuti suatu perkumpulan kebatinan / spiritual, karena bisa juga berasal dari perenungan-perenungan, dan tidak harus dalam bentuk pengetahuan khusus atau diperoleh dengan cara meditasi khusus, atau menyepi menjadi seperti seorang panembahan / pertapa jaman dulu.
Bila suatu objek atau pengetahuan tidak dapat dibuktikan kebenarannya, termasuk dengan cara kebatinan / spiritual maupun dengan cara-cara modern, maka pengetahuan itu hanyalah sebuah cerita, legenda, teori (termasuk teori ilmiah), atau mitos dan tahayul, atau dogma dan doktrin, dan atas hal itu seseorang hanya mempunyai 2 pilihan, percaya atau tidak percaya.

Tetapi prinsip dasar-nya sama. Seseorang harus memiliki suatu kepekaan / kebijaksanaan / kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar ada, tetapi tidak tertangkap indera manusia, hanya bisa dirasakan dengan batin, dengan rasa.  Itulah yang harus dipelajari dan harus bisa dibuktikan sendiri kebenarannya. Dan dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk dapat memisahkan mana yang sudah berupa kebenaran dan mana yang masih berupa mitos, kepercayaan, dogma dan doktrin, dsb, yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Dan juga dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk tidak mempertentangkan apa yang diketahuinya dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuktikan kebenarannya, sehingga baginya semuanya itu akan menjadi suatu pengetahuan dan kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Dalam proses pembelajaran kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin  (baca: Olah Rasa & Ilmu Kebatinan), bukan kemampuan melihat gaib, bukan juga pembukaan cakra mahkota. Kepekaan rasa itu juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide atau ilham-ilham jawaban yang mengalir dalam pikiran seseorang, menuntunnya dalam proses pencarian dan proses pembuktian kebenarannya.
Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat merasakan sesuatu yang bersifat gaib, karena tidak dapat diinderai dengan panca indera, barulah kemudian dipertegas dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara kebatinan dan spiritual, atau dengan cara-cara yang lain. Kalau kita terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat juga mendeteksi keberadaan sesuatu gaib dan bisa terbayang juga sosoknya seperti apa, termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi. Begitu juga dengan pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa dan kemampuan melihat gaib seringkali harus diasah atau dipelajari melalui program-program atau perkumpulan kebatinan / spiritual dan perkumpulan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Objek pengetahuan yang akan dipelajari bisa didapatkan dari cerita agama, atau cerita misteri alam gaib di masyarakat, atau tentang suatu keilmuan tertentu, atau apa saja dalam kehidupan kita, yang nantinya akan berkembang sendiri sesuai interest masing-masing. Dalam proses mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk menuntunnya ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa manusia, bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, roh sedulur papat, dsb.

Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkannya, walaupun tidak ada lagi sosok guru yang dapat menuntunnya, dia masih dapat bergerak sendiri melakukan pencarian ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi. Ketika seseorang sudah sampai pada tahapan ini maka kedekatan dengan para roh sedulur papat akan berguna sekali untuk menuntunnya mencapai pengetahuan yang tidak dapat diketahui sendiri bila hanya mengandalkan kesadaran atau logika berpikir. Para sedulur papat akan membantu dengan cara memberikan penglihatan-penglihatan, ide-ide dan ilham tentang suatu objek pencarian atau jawaban atas suatu permasalahan, menjadi sosok Guru Sejati bagi seseorang.

Bila para guru sejati dapat menuntun kita, atau kita sendiri bersama para sedulur papat, dapat menemukan jalan atau dapat mendeteksi keberadaan Roh Agung Alam Semesta, Roh Tuhan, walaupun mungkin hanya sebatas “Cahaya’ -Nya saja, berarti kita sudah mencapai awal dari suatu tahapan dimensi spiritual tertinggi. Itu adalah awal yang sangat berharga untuk dapat mengetahui kesejatian kehidupan. Apalagi bila kemudian kita dapat Manunggal dengan-Nya  (baca: Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti ).  Proses ini juga bisa diawali dari kepercayaan agama atau keTuhanan, yang kemudian dibuktikan sendiri kebenarannya, yaitu kebenaran agama dan kebenaran Tuhan, bukan sebatas hanya percaya saja pada ajaran agama, dan kemudian memaksakan dogma dan doktrin agama. Pengetahuan apapun yang kita peroleh akan menambah hikmat dan kebijaksanaan kita.

Dalam jaman sekarang ini, objek pengetahuan untuk dipelajari tidak harus selalu mengenai alam gaib dan kegaiban, tetapi bisa juga pengetahuan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kepekaan rasa batin dan ilham jawaban yang mengalir, seseorang akan dapat lebih mudah mencari jawaban dari suatu permasalahan beserta cara-cara pembuktian kebenarannya. Pengetahuan-pengetahuan itu akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh yang sederhana adalah cerita tentang adanya suatu mahluk hidup yang secara umum disebut kuman (bakteri, virus, amuba), yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop, dan perhatian dunia medis telah banyak dicurahkan untuk menciptakan obat-obatan untuk menangkal / membunuh keberadaan kuman ini. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya saja dengan cerita keberadaan kuman itu (sama dengan percaya saja pada ajaran agama). Walaupun tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenaran keberadaannya berikut aspek pengetahuan di dalamnya.

Cerita tentang kuman sebagai penyebab suatu sakit / penyakit adalah cerita yang umum di masyarakat, sudah dibuktikan secara logis dengan berbagai peralatan modern dan sudah diterima secara luas sebagai sebuah kebenaran. Ini adalah contoh sederhana suatu dogma dan doktrin manusia pada jaman modern, yang kita pasti akan dicemooh bila mempunyai pandangan yang berbeda. Tetapi, apakah pandangan di atas adalah sebuah kebenaran mutlak ?   Apakah perlu dikaji lagi kebenarannya ?  Bila dikritisi lebih lanjut tentang suatu sakit / penyakit yang berhubungan dengan kuman, benarkah kuman itu pasti adalah penyebab awal dari suatu sakit / penyakit ?  (Mengenai pandangan lain tersebut silakan dibaca tulisan:  Penyebab Awal Sakit-Penyakit).

Bila kita memiliki kebijaksanaan, kita akan dapat menerima suatu pandangan lain yang tidak sejalan dengan pandangan umum, yang walaupun mungkin tidak bisa dibuktikan dengan cara-cara modern (karena cara-cara modern juga mempunyai keterbatasan), tetapi mungkin bisa dibuktikan kebenarannya dengan cara lain, atau bisa diterima kebenarannya dengan rasa.  Apapun juga pengetahuan yang kita dapatkan sesudahnya, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak sejalan).
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita untuk mengetahui hal-hal gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.

Begitu juga bila kita memiliki kepekaan batin yang tinggi, yang bisa merasakan sesuatu kejadian yang akan terjadi, seringkali terpaksa harus disimpan untuk diri kita sendiri. Tidak semua orang dapat menerima ucapan kita tentang sesuatu yang akan terjadi, dan tidak semua orang dapat menghargai kelebihan kita itu. Tetapi orang-orang yang bijaksana mungkin akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan dan ucapan-ucapan kita.
Kemampuan kita untuk mengetahui keberadaan tentang sesuatu mahluk gaib, kegaiban alam, atau apapun juga yang secara umum tidak diketahui oleh orang lain, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan orang lain yang tidak sejalan).

Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya, apa saja perbuatannya, apa saja pengaruhnya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada ketekunan dan interest masing-masing.

Bila kita membahas hakekat kesejatian alam semesta, akan sulit sekali pembuktiannya, karena pengetahuan dunia nyata manusia tentang alam semesta, tentang Galaksi Bima Sakti saja masih terbatas. Baiklah kita dongeng dengan yang nyata bisa kita alami sendiri, yaitu tata surya kita dengan matahari sebagai pusatnya.
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari. Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit / mengelilingi matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang dinamai ekliptika. Semua lintasan planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek asteroid biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.

Matahari memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus.
Matahari memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.
Ribuan objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda-benda kecil Tata Surya.