close
Powered by Blogger.

Olah Rasa Mengenal Diri Sendiri

Olah rasa ini berhubungan dengan rasa, batin dan indra ke 6 manusia. Dengan rasa, orang akan lebih peka terhadap sesuatu yang bersifat gaib, dapat mengetahui keberadaan sesuatu gaib, dapat mengetahui apakah sakit yang diderita seseorang merupakan sakit biasa atau karena gaib (ketempelan gaib, kesambet,disantet, guna-guna, dsb), dapat mengetahui cara pengobatannya dan dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Kekuatan yang dibangun dalam olah rasa adalah kekuatan rasa (bersifat gaib), dihasilkan oleh cakra tubuh di bagian dada. Kekuatan rasa ini adalah dasar dari kekuatan batin. Pada orang awam, kekuatan rasa biasanya timbul secara spontan (misal: saat kaget,histeris atau lari ketakutan) dan kekuatannya bisa berkali-kali lipat dibandingkan kekuatan fisik biasa. Seseorang yang sudah melatih olah nafas,biasanya juga akan merasakan bagian dari olah rasa, walaupun hanya dasarnya saja. Saat menggunakan energi yang dihasilkan dalam olah pernafasan biasanya dilakukan melalui ‘rasa’, bukan lagi dengan pikiran atau perasaan. Dalam mempelajari olah rasa,biasanya dilakukan cara yang mirip dengan olah batin, yaitu banyak menyepi, puasa, laku
prihatin, meditasi, membaca amalan-amalan, dsb. Dalam kehidupan jaman sekarang cara-cara tersebut tidak
praktis untuk dilakukan. Bila anda ingin mencoba
mempelajarinya, ada beberapa cara praktis yang bisa anda lakukan tanpa perlu banyak mengganggu aktivitas anda sehari-hari sbb :

1.Menyepi

Pengertian menyepi ini bukan berarti anda harus pergi menyepi ke tempat-tempat sepi di gunung, dsb. Cukup anda luangkan waktu untuk berdiam diri, di rumah, di kantor atau di manapun anda berada, untuk
merasakan suasana batin di tempat anda berada (lebih baik bila di tempat terbuka pada malam hari). Biarkan ilham mengalir dalam pikiran anda. Perhatikan, mungkin akan ada ide-ide tertentu atau jawaban-jawaban dari masalah anda yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Menyepi ini juga bisa anda lakukan di tempat yang ramai. Artinya anda belajar menemukan suasana sepi (hening) di dalam keramaian tanpa harus pergi keluar dari keramaian. Tujuan
dari menyepi ini adalah untuk membiasakan diri menciptakan suasana hening di dalam rasa dan pikiran, sebagai dasar untuk peka batin.

2. Peka suasana batin

Belajar peka terhadap bisikan-bisikan nurani, firasat, dsb.
Jangan mengabaikan bisikan hati dan firasat, tetapi juga jangan mengada-ada, jangan ber-ilusi.
Peka terhadap ilham yang mengalir di dalam pikiran dan rasa. Kalau bisa, carilah sumbernya darimana ilham itu
berasal.

3. Peka suasana alam.

Belajar peka terhadap suasana alam di manapun anda berada.
Cobalah sesekali pergi ke
tempat wingit atau angker.
Rasakan suasana kegaiban di tempat tersebut. Bila merasakan keberadaan sesuatu roh halus atau energi gaib, cobalah tentukan dimana posisinya berada. Kalau bisa, coba rasakan / bayangkan seperti
apa wujudnya. Bila anda sudah dapat merasakan suasana alam di sesuatu tempat mungkin anda juga akan dapat merasakan bila ada sesuatu yang mengancam, misalnya ada
gaib / binatang berbahaya, dsb.


Ke 3 cara di atas dapat anda terapkan bukan hanya di tempat sepi, tetapi juga di tempat ramai. Bila anda sudah terbiasa melakukan ke 3 cara di atas, berarti anda sudah melakukan oleh rasa dan dasar-dasar kebatinan. Belajarlah untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari anda dalam berbagai bidang. Rasa /feeling / intuisi anda akan lebih tajam, dapat mengira-ira hasil (berhasil atau tidak) dari sesuatu yang anda lakukan, atau merasakan sesuatu
kejadian (baik atau buruk) yang akan terjadi, dan akan lebih mudah mendapatkan ide-ide/ilham atas jawaban
permasalahan yang anda hadapi.
Dalam kehidupan manusia
sehari-hari, apalagi dalam kehidupan modern ini, rasa dan firasat seringkali diabaikan.
Namun bila seseorang
memperhatikan rasa dan
firasatnya, dia sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya.
Rasa dan firasat seringkali muncul berupa perlambang rasa. Misalnya, seseorang yang akan bepergian ke luar kota, karena merasa tidak enak hati kemudian membatalkan keberangkatannya. Ternyata kemudian dia mendapat berita bahwa kendaraan yang seharusnya ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untunglah
dia tidak jadi berangkat. Apakah ini kebetulan saja? Kadangkala mungkin kita mengalami suatu kejadian yang persis sama seperti yang dahulu sudah pernah terjadi. Tetapi kita tidak tahu kejadian yang
dahulu itu apakah kejadian nyata ataukah kejadian di dalam mimpi. Biasanya kejadian yang dahulu itu adalah kejadian di dalam mimpi. Sedulur Papat kita
sendiri yang memberikan mimpi tersebut. Kita saja yang tidak tanggap.
Kadangkala kita melamun atau ilham mengalir begitu saja,hanya kita saja yang tahu, atau mungkin secara spontan kita ucapkan tanpa dipikir dahulu, tentang sesuatu kejadian yang
akan datang atau tentang seseorang (biasanya tokoh
manusia) yang akan
mengucapkan / berbuat
sesuatu, dan kejadian tersebut benar-benar terjadi. Dalam hal
ini, para Sedulur Papat kitalah yang memberitahukan hal
tersebut. Sayang sekali kalau kita tidak mengasah kedekatan dengan para sedulur tersebut. Kedekatan itu juga dapat merupakan suatu potensi besar
kemampuan kebatinan yang sayang sekali jika tidak diasah dengan benar. Mungkin potensi
untuk bisa meramal, atau merasakan suatu kejadian yang akan terjadi, atau potensi kemampuan mengobati, dsb akan dilewatkan begitu saja.
bbbb