close
Powered by Blogger.

MENGOLAH GURU SEJATI


Guru Sejati yakni rahsa sejati; meretas ke dalam sukma sejati, atau sukma suci, kira-kira sepadan dengan makna roh kudus (ruhul kudus/ruh al quds). Kita mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara mengarahkan kekuatan metafisik sedulur papat (dalam lingkup mikrokosmos)  untuk selalu waspada dan jangan sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan kekuatan mikrokosmos dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta yang berupa energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam kekuatan pancer yang bersifat transenden (Tuhan Yang Mahakuasa). Setiap orang bisa bertemu Guru Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu negatif; nafsu lauwamah (nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi), amarah (nafsu angkara murka), supiyah (mengejar kenikmatan duniawi) dan mengapai nafsu positif dalam sukma sejati (al mutmainah). Sehingga jasad dan nafs/hawa nafsu lah yang harus mengikuti kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya dengan gelombang Yang Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma kita sesuai dengan karakter dan sifat hakekat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah meretas ke dalam sifat hakekat Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Khaliq yang (minimal) meliputi 20 sifat. Peleburan ini dalam terminologi Jawa disebut manunggaling kawula-Gusti.
 Tradisi Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma sejati dengan cara ‘manunggaling kawula Gusti’ atau penyatuan/penyamaan sifat hakikat makhluk dengan Sang Pencipta (wahdatul wujud). Sebagaimana makna warangka manjing curiga; manusia masuk kedalam diri “Tuhan”, ibarat Arya Sena masuk kedalam tubuh Dewaruci. Atau sebaliknya, Tuhan menitis ke dalam diri manusia; curigo manjing warongko, laksana Dewa Wishnu menitis ke dalam diri Prabu Kreshna.


Sebagai upaya manunggaling kawula gusti, segenap upaya awal dapat dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak brata, tapa brata, puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya agar supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsul lauwamah, amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Kejawen mengajarkan bahwa sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada dalam “bulan suci Ramadhan”. Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan, membelenggu setan (hawa nafsu) hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan hanya sebulan dalam setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi. Pencapaian hidup manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat hadiah berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan kehendakNya, manusia dapat ‘menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni makna kodratullah. Yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling mendasar dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati.
Baca juga Membuka gerbang pintu makrifat
bbbb

Hakekat Guru Sejati Dan Mengolah Rasa



 Kembali pada pembahasan Guru Sejati. Melalui 3 langkahnya (Triwikrama) Dewa Wishnu (Yang Hidup), mengarungi empat macam zaman (kertayuga, tirtayuga, kaliyuga, dwaparayuga), lalu lahirlah manusia dengan konstruksi terdiri dari fisik dan metafisik di dunia (zaman mercapada). Fisik berupa jasad atau raga, sedangkan metafisiknya adalah roh beserta unsur-unsur yang lebih rumit lagi. Ilmu Jawa melihat bahwa roh manusia  memiliki pamomong (pembimbing) yang disebut pancer atau guru sejati. Pamomong atau Guru Sejati berdiri sendiri menjadi pendamping dan pembimbing roh atau sukma. Roh atau sukma di siram “air suci” oleh guru sejati, sehingga sukma menjadi sukma sejati. Di sini tampak Guru sejati memiliki fungsi sebagai resources atau sumber “pelita”  kehidupan. Guru Sejati layak dipercaya sebagai “guru” karena ia bersifat teguh dan  memiliki hakekat “sifat-sifat” Tuhan (frekuensi kebaikan) yang abadi konsisten  tidak berubah-ubah (kang langgeng tan owah gingsir). Guru Sejati adalah proyeksi dari rahsa/rasa/sirr yang merupakan rahsa/sirr yang sumbernya adalah kehendak Tuhan; terminologi Jawa menyebutnya sebagai Rasa Sejati. Dengan kata lain rasa sejati sebagai proyeksi atas “rahsaning” Tuhan (sirrullah). Sehingga tak diragukan lagi bila peranan Guru Sejati akan “mewarnai” energi hidup atau roh menjadi energi suci (roh suci/ruhul kuddus). Roh kudus/roh al quds/sukma sejati, telah mendapat “petunjuk” Tuhan –dalam konteks ini hakikat rasa sejati– maka peranan roh tersebut tidak lain sebagai “utusan Tuhan”. Jiwa, hawa atau nafs yang telah diperkuat dengan sukma sejati atau dalam terminologi Arab disebut ruh al quds. Disebut juga sebagai an-nafs an-natiqah, dalam terminologi Arab juga disebut sebagai an-nafs al-muthmainah, adalah sebagai “penasihat spiritual” bagi jiwa/nafs/hawa. Jiwa perlu di dampingi oleh Guru Sejati karena ia dapat dikalahkan oleh nafsu yang berasal dari jasad/raga/organ tubuh  manusia. Jiwa yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan merubah karakternya menjadi jahat.

Ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Guru Sejati benar-benar bisa mewujud dalam bentuk “halus”,  wujudnya mirip dengan diri kita sendiri. Mungkin sebagian pembaca yang budiman ada yang secara sengaja atau tidak pernah menyaksikan,   berdialog, atau sekedar melihat diri sendiri tampak menjelma menjadi dua, seperti melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau bagi yang dapat meraga sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau badan halusnya sendiri. Wujud kembaran (berbeda dengan konsep sedulur kembar) itu lah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan, maka segala nasehatnya akan tepat dan benar adanya. Tidak akan menyesatkan. Oleh sebab itu bagi yang dapat bertemu Guru Sejati, saran dan nasehatnya layak diikuti. Bagi yang belum bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan pesimis, sebab Guru Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui Hati Nurani anda. Maka anda dapat mencermati suara hati nurani anda sendiri untuk memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda hadapi.
Namun permasalahannya, jika kita kurang mengasah ketajaman batin, sulit untuk membedakan apakah yang kita rasakan merupakan kehendak hati nurani (kareping rahsa) ataukah kemauan hati atau hawa nafsu (rahsaning karep). Artinya, Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang diidentifikasi pula sebagai kareping rahsa atau kehendak rasa (petunjuk Tuhan) sedangkan hawa nafsu tidak lain merupakan rahsaning karep atau rasanya keinginan.
Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejati kita adalah dengan laku prihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi, maladihening, mengolah batin dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan  menjaga kesucian jiwa dan raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan Guru Sejati nya sendiri, hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih.

SEDULUR; PAPAT KEBLAT, LIMA PANCER
 Atau Keblat Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan juga sebagai kesadaran mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur papat sebagai perlambang empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak dilahirkan di muka bumi.  Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya air ketuban atau air kawah. Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari. Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya darah dan  daging. Maka sedulur papat terdiri dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah jasad, yang kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni pancer. Konsepsi tersebut kemudian dihubungkan dengan hakekat doa; dalam pandangan Jawa doa merupakan niat atau kebulatan tekad yang harus melibatkan unsur semua unsur raga dan jiwa secara kompak. Maka untuk mengawali suatu pekerjaan disebut dibutuhkan sikap amateg aji (niat ingsun) atau artikulasi kemantaban niat dalam mengawali segala sesuatu kegiatan/rencana/usaha).  Itulah alasan mengapa dalam tradisi Jawa untuk mengawali suatu pekerjaan berat  maupun ringan diawali dengan mengucap; kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedino lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, sedulurku papat kiblat, kelimo pancer…ewang-ewangono aku..saperlu ono gawe


Mengolah Rasa

Apakah kita pernah duduk sejenak untuk merasa-rasakan rasa yang ada pada diri kita: lebih banyak rasa baik atau buruknya?

Beruntunglah bila kesadaran itu masih ada, sehingga kita dapat jujur untuk mengakui rasa mana yang lebih dominan. Karena dengan demikian akan timbul keinginan untuk mengolahnya.

Ketika kita merasakan rasa buruk lebih dominan pasti kita akan berusaha mengolahnya, agar rasa yang ada menjadi baik kembali. Kalau pun rasa itu masih peka dan baik, kita akan berusaha mengasahnya menjadi lebih baik dan lebih peka lagi.

Sama haknya dengan tubuh. Ketika kita merasa tubuh ini sudah tidak beres atau mulai melar, maka timbul keinginan untuk menjaga atau memperbaikinya dengan asupan yang sehat atau dengan melakukan senam untuk mengembalikan ke bentuk semula.

Bila kita memiliki kesadaran bahwa tubuh yang sudah tidak proporsional perlu upaya untuk diolah dengan senam misalnya. Sejatinya perasaan yang sudah tidak proporsional pun perlu melakukan senam tertentu.

Misalnya perasaan kita mudah benci, marah, dengki, iri, atau mudah menghakimi, membandingkan. Perasaan tidak mudah peduli, tidak mudah berempati, tidak mudah terharu.

Bila keadaan ini ada gejalanya pada diri kita, maka perlu kesadaran yang namanya senam mengolah rasa. Bagaimana caranya?

Tentu kita perlu seorang guru atau menggunakan metode meditasi misalnya. Tapi tentu metode yang paling ampuh adalah praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh: ketika rasa benci pada seseorang, segera kita mengolahnya menjadi rasa mengasihi. Saat hendak marah, kita lantas merasakan betapa buruknya muka dan ruginya dengan kemarahan.

Sepertinya halnya senam mengolah tubuh, tentu butuh kesabaran dalam hal ini, sehingga kelak menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk karakter kita menjadi manusia yang memiliki kesejatiaan rasa. Biar tidak menjadi omong kosong, pastinya saya yang paling perlu mempraktikkan.
Baca juga Mengolah guru sejati
bbbb

Apakah Dengan Tirakat Olah Kebatinan Bisa Memahami Kesejatian Alam

Seseorang yang sudah mempelajari dunia spiritual, termasuk yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Penulis juga tidak bermaksud sok tahu untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.

Untuk kita yang hidup di jaman sekarang ini, pengetahuan spiritual biasanya berasal dari pencarian pribadi. Apalagi sehari-harinya kita memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Pengetahuan spiritual tidak melulu harus dipelajari dengan mengikuti suatu perkumpulan kebatinan / spiritual, karena bisa juga berasal dari perenungan-perenungan, dan tidak harus dalam bentuk pengetahuan khusus atau diperoleh dengan cara meditasi khusus, atau menyepi menjadi seperti seorang panembahan / pertapa jaman dulu.
Bila suatu objek atau pengetahuan tidak dapat dibuktikan kebenarannya, termasuk dengan cara kebatinan / spiritual maupun dengan cara-cara modern, maka pengetahuan itu hanyalah sebuah cerita, legenda, teori (termasuk teori ilmiah), atau mitos dan tahayul, atau dogma dan doktrin, dan atas hal itu seseorang hanya mempunyai 2 pilihan, percaya atau tidak percaya.

Tetapi prinsip dasar-nya sama. Seseorang harus memiliki suatu kepekaan / kebijaksanaan / kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar ada, tetapi tidak tertangkap indera manusia, hanya bisa dirasakan dengan batin, dengan rasa.  Itulah yang harus dipelajari dan harus bisa dibuktikan sendiri kebenarannya. Dan dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk dapat memisahkan mana yang sudah berupa kebenaran dan mana yang masih berupa mitos, kepercayaan, dogma dan doktrin, dsb, yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Dan juga dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk tidak mempertentangkan apa yang diketahuinya dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuktikan kebenarannya, sehingga baginya semuanya itu akan menjadi suatu pengetahuan dan kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Dalam proses pembelajaran kebatinan dan spiritual, yang pertama dan yang utama harus dimiliki dahulu adalah kepekaan rasa batin  (baca: Olah Rasa & Ilmu Kebatinan), bukan kemampuan melihat gaib, bukan juga pembukaan cakra mahkota. Kepekaan rasa itu juga yang nantinya akan berlanjut dengan ide-ide atau ilham-ilham jawaban yang mengalir dalam pikiran seseorang, menuntunnya dalam proses pencarian dan proses pembuktian kebenarannya.
Setelah dengan kepekaan rasa seseorang dapat merasakan sesuatu yang bersifat gaib, karena tidak dapat diinderai dengan panca indera, barulah kemudian dipertegas dengan cara melihat gaib, atau dengan cara-cara kebatinan dan spiritual, atau dengan cara-cara yang lain. Kalau kita terbiasa mengasah kepekaan rasa batin, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga walaupun tidak bisa melihat gaib, tetapi kita dapat juga mendeteksi keberadaan sesuatu gaib dan bisa terbayang juga sosoknya seperti apa, termasuk sosok gaib yang berdimensi tinggi. Begitu juga dengan pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa dan kemampuan melihat gaib seringkali harus diasah atau dipelajari melalui program-program atau perkumpulan kebatinan / spiritual dan perkumpulan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Objek pengetahuan yang akan dipelajari bisa didapatkan dari cerita agama, atau cerita misteri alam gaib di masyarakat, atau tentang suatu keilmuan tertentu, atau apa saja dalam kehidupan kita, yang nantinya akan berkembang sendiri sesuai interest masing-masing. Dalam proses mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk menuntunnya ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa manusia, bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, roh sedulur papat, dsb.

Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkannya, walaupun tidak ada lagi sosok guru yang dapat menuntunnya, dia masih dapat bergerak sendiri melakukan pencarian ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi. Ketika seseorang sudah sampai pada tahapan ini maka kedekatan dengan para roh sedulur papat akan berguna sekali untuk menuntunnya mencapai pengetahuan yang tidak dapat diketahui sendiri bila hanya mengandalkan kesadaran atau logika berpikir. Para sedulur papat akan membantu dengan cara memberikan penglihatan-penglihatan, ide-ide dan ilham tentang suatu objek pencarian atau jawaban atas suatu permasalahan, menjadi sosok Guru Sejati bagi seseorang.

Bila para guru sejati dapat menuntun kita, atau kita sendiri bersama para sedulur papat, dapat menemukan jalan atau dapat mendeteksi keberadaan Roh Agung Alam Semesta, Roh Tuhan, walaupun mungkin hanya sebatas “Cahaya’ -Nya saja, berarti kita sudah mencapai awal dari suatu tahapan dimensi spiritual tertinggi. Itu adalah awal yang sangat berharga untuk dapat mengetahui kesejatian kehidupan. Apalagi bila kemudian kita dapat Manunggal dengan-Nya  (baca: Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti ).  Proses ini juga bisa diawali dari kepercayaan agama atau keTuhanan, yang kemudian dibuktikan sendiri kebenarannya, yaitu kebenaran agama dan kebenaran Tuhan, bukan sebatas hanya percaya saja pada ajaran agama, dan kemudian memaksakan dogma dan doktrin agama. Pengetahuan apapun yang kita peroleh akan menambah hikmat dan kebijaksanaan kita.

Dalam jaman sekarang ini, objek pengetahuan untuk dipelajari tidak harus selalu mengenai alam gaib dan kegaiban, tetapi bisa juga pengetahuan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kepekaan rasa batin dan ilham jawaban yang mengalir, seseorang akan dapat lebih mudah mencari jawaban dari suatu permasalahan beserta cara-cara pembuktian kebenarannya. Pengetahuan-pengetahuan itu akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh yang sederhana adalah cerita tentang adanya suatu mahluk hidup yang secara umum disebut kuman (bakteri, virus, amuba), yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop, dan perhatian dunia medis telah banyak dicurahkan untuk menciptakan obat-obatan untuk menangkal / membunuh keberadaan kuman ini. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya saja dengan cerita keberadaan kuman itu (sama dengan percaya saja pada ajaran agama). Walaupun tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenaran keberadaannya berikut aspek pengetahuan di dalamnya.

Cerita tentang kuman sebagai penyebab suatu sakit / penyakit adalah cerita yang umum di masyarakat, sudah dibuktikan secara logis dengan berbagai peralatan modern dan sudah diterima secara luas sebagai sebuah kebenaran. Ini adalah contoh sederhana suatu dogma dan doktrin manusia pada jaman modern, yang kita pasti akan dicemooh bila mempunyai pandangan yang berbeda. Tetapi, apakah pandangan di atas adalah sebuah kebenaran mutlak ?   Apakah perlu dikaji lagi kebenarannya ?  Bila dikritisi lebih lanjut tentang suatu sakit / penyakit yang berhubungan dengan kuman, benarkah kuman itu pasti adalah penyebab awal dari suatu sakit / penyakit ?  (Mengenai pandangan lain tersebut silakan dibaca tulisan:  Penyebab Awal Sakit-Penyakit).

Bila kita memiliki kebijaksanaan, kita akan dapat menerima suatu pandangan lain yang tidak sejalan dengan pandangan umum, yang walaupun mungkin tidak bisa dibuktikan dengan cara-cara modern (karena cara-cara modern juga mempunyai keterbatasan), tetapi mungkin bisa dibuktikan kebenarannya dengan cara lain, atau bisa diterima kebenarannya dengan rasa.  Apapun juga pengetahuan yang kita dapatkan sesudahnya, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak sejalan).
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita untuk mengetahui hal-hal gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.

Begitu juga bila kita memiliki kepekaan batin yang tinggi, yang bisa merasakan sesuatu kejadian yang akan terjadi, seringkali terpaksa harus disimpan untuk diri kita sendiri. Tidak semua orang dapat menerima ucapan kita tentang sesuatu yang akan terjadi, dan tidak semua orang dapat menghargai kelebihan kita itu. Tetapi orang-orang yang bijaksana mungkin akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan dan ucapan-ucapan kita.
Kemampuan kita untuk mengetahui keberadaan tentang sesuatu mahluk gaib, kegaiban alam, atau apapun juga yang secara umum tidak diketahui oleh orang lain, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan orang lain yang tidak sejalan).

Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya, apa saja perbuatannya, apa saja pengaruhnya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada ketekunan dan interest masing-masing.

Bila kita membahas hakekat kesejatian alam semesta, akan sulit sekali pembuktiannya, karena pengetahuan dunia nyata manusia tentang alam semesta, tentang Galaksi Bima Sakti saja masih terbatas. Baiklah kita dongeng dengan yang nyata bisa kita alami sendiri, yaitu tata surya kita dengan matahari sebagai pusatnya.
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari. Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit / mengelilingi matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang dinamai ekliptika. Semua lintasan planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek asteroid biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.

Matahari memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus.
Matahari memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.
Ribuan objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda-benda kecil Tata Surya.
bbbb

Dia Selamat Dari Kanker Darah!

Ini adalah kisah nyata dari seorang teman yang mungkin menjadi inspirasi anda dalam menggapai sebuah impian atau harapan yang seakan musnah di telan keputusasaan. Jika kita mendengar penyakit kanker darah atau leukemia , maka dalam pikiran  ajal akan menantimu cepat atau lambat dalam hitungan bulan dan bukan tahun lagi.

Sebut saja dia Ray yang kukenal sejak kecil dan memang satu desa denganku sehingga kami berteman baik. Tidak berkembang dengan sebuah hubungan rumit pacaran atau semacamnya. Kami hanya selalu ada saat salah satu dari kami saling membutuhkan. Namun lebih banyak aku yang membutuhkan. Kadang dalam hati aku menyangka kalau ia mempunyai perasaan sayang melebi pertemanan yang hingga kini terjalin apik tanpa noda kata cinta.

Namun beberapa waktu ini kulihat ia sering main kerumah dan wajahnya terlihat pucat, mungkin sakit tetapi dia tak pernah mengakui kalau sedang sakit yang mengerikan dimana sisa hidupnya mungkin takkan lama lagi. teman bukan hal tabu untuk mengungkapkan rasa cinta sesaat sebelum menghadap kepangkuan sang Khalik. ujarku dalam hati agar kau tenang . Tapi semangat yang terpancar dari keseharian membuatku membuang jauh prasangka bahwa ia akan mati dalam waktu dekat.

Setelah lama dan bersama akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya pada keluarganya, dan hari Ahad itu kuberanikan diri ke rumah, walaupun sudah sering bahkan mungkin sudah ratusan kali aku datang ke rumahnya, kali ini perasaan bercampur aduk sehingga semua menjadi jelas. tapi  Ray tak dirumah , kata bibinya ia sedang ke kota berobat karena sakit. Tapi bibi bilang tidak tahu apa sakitnya sehingga di ammeberiku sebuah surat keterangan dari ibunya . Tulisannya sulit kubaca tapi samar samar ada tulisan stadium 4 yang mana semua seakan berakhir dalam waktu dekat.


Akhirnya kucari tahu apapun informasi tentang kanker darah walau dalam surat itu tak jelas namun ada kabar burung kalau Ray sering cuci darah atau semacamnya, kupikir itu lelucon . Masak darah dicuci dengan apa?Bodohnya akau sampai ada artikel di sebuah majalah terkenal yang memuat tentang kanker darah atau leukemia..

Sampai di rumah airmata ini tak bisa ku bendung saat tahu apa itu kanker darah yang dijelaskan karena mutasi sel yang mmebuat sel darah putih memakan sel darah merah sehingga penderitanya butuh darah segar setiap saat. Namun dalam artikel itu katanya ada obat herbal untuk melawan kanker darah. Murah dan ampuh walaupun secara awam mungkin tidak mungkin.

Singkat cerita aku dan Ray menjadi akrab dan sering kubawakan godokan kembang mahkota dewa yang kata seorang profesor di Jepang bisa melawan sel kanker darah, cara kerjanya juga sederhana yaitu memicu sel kanker darah putih untuk bunuh diri sehingga tidak memakan sel darah merah. Dan aku bukan tipe orang "katanya" maka Ray kuberikan jamu tersebut pagi dan ssore hari dan Alhamdulillah satu bulan pertama Ray bisa bertahan dari prediksi dokter yang mengatakan umur nya tinggal beberapa bulan saja.

Sampai bulan ke tiga dan Ray tetap baik baik saja, dan mungkin wajah yang dulu pucat sekarang menjadi cerah dan bersinar seperti orang sedang jatuh cinta. Apa benar Ray jatuh cinta kepadaku? entahlah tapi misiku agar Ray bisa sembuh total dari kanker darah ini.

Sudah lebih dari setahun sejak Ray dinyatakan menderita kanker darah akhirnya bisa sembuh, walaupun setiap hari harus minum godokan kembang mahkota dewa yang terasa pahit.. maklum sejak Ray sakit seluruh hartanya habis untuk berobat dan sekarang hidup sedehana dengan ibu tercinta. Ada harapan yang dikatakan ibunya kepadaku. Jika memang jodoh menyatukan kalian dan anakku, maka aku merestui nya apapun keadaan kalian, semoga bisa terwujud. Itulah kisah seorang teman yang selmaat dan sembuh dari kanker darah. Saat ini kami ditakdirkan hidup bersama walaupun saya sebagai tulang punggung menggantikan Ray. Biarlah pengabdianku berarti untuk orang tercinta.

Dikisahkan dari sumbernya ke admin blog ini.
bbbb

Joyoboyo Adalah Ramalan Tentang Islam?

Namun harus menjadi sebuah kesadaran bahwa realitas yang lain tentang berkembangnya ramalan, akhir-akhir ini, justru semakin marak menyeruak. Semakin canggih piranti teknologi, kemudahan menikmati hidup, dan terbuka lebarnya akses informasi bukannya mengikis kepercayaan manusia modern terhadap model klenik yang satu ini. Ramalan justru seperti memanfaatkan kondisi dengan berperan mengisi kekosongan jiwa “manusia modern” dari kemiskinan spiritualitas. Ramalan bukan lagi identik dengan asap kemenyan pedupaan, spekulasi kartu tarot, bola kristal, pendulum, atau benda-benda yang dianggap memiliki tuah magis lainnya. Akan tetapi berkembang dengan menyelusup melalui layanan jasa komunikasi yang bisa diakses melalui piranti elektronik dengan biaya relatif terjangkau oleh masyarakat luas.

Di kelas menegah ke bawah, kebangkitan ramalan ditandai dengan menguatnya isu-isu lawas tentang pentahapan jaman. Kondisi perubahan sosial kemasyarakatan yang terus didera oleh berbagai kesulitan hidup, krisis kemanusiaan berkepanjangan, dan dekadensi moral telah menumbuhkan angan-angan dan penantian akan kemunculan sosok ‘ratu adil’. Tidak terkecuali, ramalan seringkali menjadi pelarian atas kehidupan yang dianggap semakin tidak pasti.

Bagi masyarakat Jawa khususnya, ramalan Jayabaya (baca: Joyoboyo) merupakan ramalan yang dianggap memiliki akurasi tinggi dalam menerangkan berbagai pertanda perubahan jaman. Ramalan ini sering diagung-agungkan sebagai memiliki gambaran tentang masa depan secara jelas dan meyakinkan. Anehnya, masyarakat yang mempercayai “kebesaran” ramalan Jayabaya, umumnya tidak memiliki pengenalan mendalam tentang keyakinannya berdasarkan sumber ‘resmi’ ramalan Jayabaya. Sikap taken for granted yang mereka tunjukkan umumnya terbentuk hanya melalui proses oral dengan sumber informasi yang tidak jarang sukar dipertanggungjawabkan. Tidak jarang mereka hanya berpatokan kepada ‘kata orang’. Demikian juga sejumlah pihak yang memposisikan diri sebagi penolak ramalan Jayabaya, umumnya juga tidak membangun sikapnya berdasarkan pengetahuan ataupun proses kajian yang jelas. Bahkan kadangkala hanya didasarkan atas sikap mula-mula yang sudah antipati terhadap istilah ‘ramalan’, maka menjadi justifikasi bahwa ramalan Jayabaya pun memiliki kadar ‘negatif’ sebagaimana penilaian awalnya.

Hadirnya tulisan terkait ramalan Jayabaya ini bukan merupakan usaha untuk melegalkan praktek ramalan. Namun lebih merupakan upaya informatif bagi para pembaca guna bersama memahami hakikat ramalan Jayabaya. Sehingga kejelasan sikap dan tindakan pembaca, terutama sebagai seorang muslim, akan terbangun berlandaskan sebuah pemahaman yang nyata. Sekaligus dalam hal ini penulis berharap, akan tumbuh sikap bahwa baik dalam posisi menerima maupun menolak terhadap hakikat sesuatu hendaknya didasarkan pada sebuah pengetahuan dan bukan hanya berdasarkan penilaian awal yang belum tentu benar apalagi sekedar ‘kata orang’.
Bagi sebagian kalangan muslim memunculkan kajian terhadap ‘keberterimaan’terhadap ramalan sudah tentu akan memantik sebuah polemik. Betapa tidak, konsep Islam dalam memandang ramalan pada dimensi supranatural telah tegas dan jelas. Umat Islam dikenai larangan atas sejumlah pengharapan spekulatif, seperti mengundi suatu pilihan dengan anak panah, berjudi, dan termasuk di dalamnya dengan jalan mempercayai ramalan. Apa yang penulis maksudkan dengan ramalan ini sudah tentu bukan merupakan sebuah upaya perkiraan masa depan dengan sejumlah metode ilmiah semacam metode forecasting penilaian kelayakan bisnis dalam perekonomian atau sejenisnya. Namun lebih kepada ramalan yang berorientasi pada klenik dan atau mengarah praktek kebatinan. Efek ramalan sendiri biasanya berlainan pada tiap-tiap individu yang berbeda. Akan tetapi umumnya, ramalan akan membuat manusia terjebak oleh angan-angan, bahkan secara negatif menjerumuskan pada kemusyrikan.
Bersambung............................
bbbb